Kamis, 01 Juli 2010

Andai Gaza diDepan Rumahmu

Apa yang biasanya kautemui di depan rumahmu ketika bangun dari tidurmu? Apa yang biasa kau lihat? Apa yang biasa kau hirup? Apa yang biasa kaurasakan? Tepat setelah kau bangun dari tidurmu dan kau buka pintu rumahmu? Pernahkah kau bayangkan, ketika kau buka matamu, yang biasa kau temui di pagi harimu, segalanya menjadi jauh berbeda? Ketika kau membuka mata. Ada pemandangan yang tak pernah kau kira. Ketika kau membuka mata. Ada Gaza.
Andai Gaza di depan rumahmu. Apa yang akan kaulakukan Saudaraku? Tak perlu kau tanyakan bagaimana bisa. Meskipun cuma seandainya, tak ada hal yang tak mungkin bagi-Nya. Cukup bayangkan saja… Ketika pagi, kau buka matamu. Kau heran, kenapa tak ada suara azan terdengar? Alih-alih, justru suara-suara menggelegar? Lalu kau bergegas menuju pintu rumahmu. Kau buka, lalu seketika tak percaya.
Kegelapan yang biasa kau lihat, kini telah diterangi cahaya ledakan yang berkilat-kilat. Silau! Seolah retinamu tertusuk! karena masih terbawa kantuk. Segarnya udara pagi yang murni dan belum tercemari, kini berganti dengan tajamnya mesiu yang menusuk paru-paru. Tak ada lagi udara yang menyegarkan seluruh tubuhmu. Melainkan mesiu panas dalam setiap hirupanmu. Hawa dingin yang biasa menyengat hingga memaksamu mengenakan jaket rangkap, kini dipanasi oleh puluhan ledakan yang berasap. Ketika kau mulai terheran, ketika itu pula kau bertanya-tanya “Apa yang harus kulakukan? Ini asli! Bukan berita yang setiap hari kulihat di TV!” ujarmu.
Kemarin, beberapa hari sebelum hari ini… Kabar dan berita, tiap hari kausaksikan dan kau baca. Hampir tiap hari pula, disampaikan kepadamu oleh mereka, berita tentang Palestina serta konfliknya di Jalur Gaza. Lalu, setelah mendengar dan atau melihatnya dengan mata kepala (melalui layar kaca), kau diam serta tak berbuat apa-apa selain doa. “Masih banyak urusanku yang lain” jawabmu. Pendidikan katamu. Jika kau seorang pelajar. “Aku harus menuntut ilmu, menggali kemudian mengkaryakannya agar berguna bagi negaraku”. Begitu jawabmu. Mencari nafkah katamu. Jika kau seorang kepala rumah tangga. “Aku harus menghidupi keluargaku dengan cucuran keringatku. Aku memiliki nyawa-nyawa lain yang bergantung dan menjadi tanggung jawabku”. Begitu jawabmu yang lain. Serta berbagai jawaban lain yang senada. Jawaban dari orang-orang yang termasuk dalam golongan realistis yang tak suka taking a risk.
Itu kemarin. Kini segalanya telah lain. Kau tak bisa berkata “maaf, tidak” kepada seruan dan ajakan yang mengulurkan tangannya, memintamu menyambutnya dan menyerahkan diri secara sukarela dengan niat tulus dan lurus, menjadi mujahid Allah Ta’ala. Tak perlu lagi dalam-dalam merogoh kocekmu untuk transportasi. Kini segalanya ada di depan matamu. Lapangan jihad melawan Zonis terlaknat. Di depan matamu, kau saksikan mortir berjatuhan. Di sekelilingmu, kaudengar ledakan granat, serta suara rentetan senapan yang memekikkan. Ini bukan layar kaca! Segalanya nyata! Mayat yang tak lengkap lagi organ di tubuhnya berserakan di mana-mana. Tua-muda, kecil-dewasa, pria-wanita, semua menjadi korbannya. Lautan darah di sepanjang kau memandang. “Kenapa tak anyir? Kenapa tak amis? Sebaliknya, harum… Inikah syahid?” begitu pikirmu. Tiba-tiba sebuah bom dijatuhkan di dekatmu. Suaranya memecahkan lamunanmu. Ledakannya mementalkan tubuhmu. Kau bangun, tubuh dan seluruh persendianmu terasa ngilu. Kau melihat rumahmu, kini telah menjadi abu. Lalu kau sadari, tak ada waktu untuk termangu. Keputusan harus dibuat secepat kilat. Jihad. Atau habis riwayat.
Andai Gaza di depan rumahmu… Akankah kau terlalu sayang akan nyawamu? Bersembunyi di sudut redup, karena percaya kata logika, jika berontak, tak ada harapan hidup. Andai Gaza di depan rumahmu… Atau akankah kau pungut senapan di dekatmu. Berdiri. Mengumpulkan keberanian, berlari ke depan. Bergabung bersama para mujahid yang telah siap bahkan mencari Syahid. Bukan mengantarkan nyawamu. Tapi memberikan perlawanan. Karena itu kewajiban.
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar.” (Q.S. al-Hajj : 39-40)
Bukan pula karena panggilan. Tapi kebutuhan. Karena Gaza tak pernah membutuhkanmu. Tapi kaulah yang membutuhkan Tuhanmu.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. at-Taubah : 111)
Maka, ketika dihadapkan dalam kondisi demikian, apakah kau akan bersyukur? Bergembira karena dapat menjadi Mujahid-Nya. Ataukah justru kau bersyukur karena sekarang kau tak berada dalam keadaan dimana nyawa menjadi taruhan? “Hai manusia sekalian! Janganlah kamu mengharapkan pertemuan dengan musuh dan mohonlah kesehatan kepada Allah. Namun apabila kamu bertemu dengan mereka, maka bersabarlah” (H.R. Muslim)
Jika kau adalah golongan yang pertama, jika rumahmu bukanlah di Gaza atau Palestina. Kau ingin, tapi karena hambatan beberapa hal ‘teknikal’, hingga tak memungkinkanmu pergi kesana. Janganlah berduka. Ketahuilah… Hampir semua ayat berjihad, selalu diikuti kata “… dengan harta, dan jiwa mereka…”
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Q.S. at-Taubah :20)
Karena ‘Gaza’ yang lain, ada di depan matamu. Di dalam dirimu. Ia berbentuk ‘Nafsu’.
Wallahua’lam bisshowab…

Selasa, 25 Mei 2010

Ya Sudahlah....


Ketika mimpimu yang begitu indah,
tak pernah terwujud..ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu,
dan tak pernah sampai..ya sudahlah (hhmm)

*reff:
Apapun yang terjadi, ku kan slalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih..coz everything’s gonna be OKAY


Santoz:
yo..Satu dari sekian kemungkinan
kau jatuh tanpa ada harapan
saat itu raga kupersembahkan
bersama jiwa, cita,cinta dan harapan

Lezz:
Kita sambung satu persatu sebab akibat
tapi tenanglah mata hati kita kan lihat
menuntun ke arah mata angin bahagia
kau dan aku tahu,jalan selalu ada

titz:
juga ku tahu lagi problema kan terus menerjang
bagai deras ombak yang menabrak karang
namun ku tahu..ku tahu kau mampu tuk tetap tenang
hadapi ini bersamaku hingga ajal datang

B:
Saat kau berharap keramahan cinta,
tak pernah kau dapat..ya sudahlah
yeeah..dengar ku bernyanyi..lalalalalala
heyyeye yaya dedudedadedudedudidam..semua ini belum berahir

back to *reff

F2B:
satukan langkah..langkah yang beriring!
genggam hati, rangkul emosi!

B:
Genggamlah hatiku, satukan langkah kita

F2B:
Sama rasa, tanpa pamrih
ini cinta..across da sea

B:
peluklah diriku..terbanglah bersamaku, melayang jauh.. (come fly with me, baby)

F2B:
Ini aku dari ujung rambut menyusur jemari
sosok ini yang menerima kelemahan hati
yea..aku cinta kau..(ini cinta kita)
cukup satu waktu yes.(untuk satu cinta)

satu cinta ini akan tuntun jalanku
rapatkan jiwamu yo tenang disisiku
rebahkan rasamu..untuk yang ditunggu
Bahagia..Hingga ujung waktu

Senin, 01 September 2008

MOm

Mumpung Ibu Masih ada, coba saat BELIAU tidur saat matanya terpejam kamu tatap wajahnya itu 5 menit saja, kamu akan tau bagaimana rasanya nanti bila wajah itu sudah tak ada di situ...

Lakukan apapun yang bisa kamu lakukan untuknya...

LAKUKAN SEKARANG teman2ku sayang, bukan besok atau 5 menit lg karena mungkin sekedip matamu dia akan pergi tak kembali...
Klo sudah terlanjur ga ada, yaaahhh jangan lupa doa ma Allah. Segala macam doa deh. Miss U Mum...
Ibu ,Mama,Umi Ato apalah sebutan untuk mereka...
Seorang Wanita yang dari rahimnyalah kita terlahir kedunia,,,
seorang Wanita yang pertama kali tersenyum haru dan meneteskan air mata,,ketika melihat kita hadir kedunia...
seorang wanita yg betekad kuat dengan penuh kasih sayang menjaga dan merawat kita,hingga dewasa.


Dari tangan2nya yang lembut dan penuh kesabaranlah mulut2 ini terisi makanan
dengan matanya yg penuh cinta menatap halusnan mesra memperhatikan setiap gerak-gerik kita,,
dan dengan tubuhnya yg sigap dan kokoh yg selalu setia mendampingi dan melayani kita kapanpun dan dimana pun...

Yah Ibu...
Kini ku telah dewasa,tetapi cinta mu tk pernah habis dan senantiasa bersama....
bu..,apa yg kau harap dari ku...
ku tau takkan pernah cukup berapapun besar jasa2 mu kubayar,,,
takkan pernah sanggup segala cinta mu ku lampaui...
mah..Maafkan aku yg selalu mengecewakanmu...
selalu menyakiti hatimu...
selalu lupa pada dirimu...
mi..ku ingin engaku bahagia,ku ingin enggkau bangga melihat ku...
mi..apa yg kau ingin dari ku...?
Apapun Itu Akan ku beri...